Cast :
OC’s Shim Seungmi | SF9’s (Kim Inseong, Baek Zuho, Lee Dawon) | Slight OC’s & SF9’s MemberGenre:Romance | School Life | Hurt | Family
Author's Note:Budayakan Vote sebelum baca, tinggalkan jejak dengan Komentar; respon, saran, maupun kritik. Author cuman minjem nama Cast, untuk cerita murni dari imajinasi Author. Bila ada kesamaan cerita mungkin hanya kebetulan. Jangan mengkopi sebagian atau kesuluruhan cerita. Intinya; Don’t Copy Story!
Happy Reading!
Seungmi terdiam menatap photo di layar smartphonenya. “Zuho-ya” Gumamnya disertai tetesan bulir bening dikedua matanya. Menarik selimut untuk menutupi seluruh tubuhnya dan terisak di dalamnya adalah pilihan terbaik yang bisa Seungmi lakukan untuk menghilangkan kesedihannya. Berusaha meredam isak tangis agar tak terdengar oleh Seungjoon dan Dongsoo juga Ayah Ibunya tapi karenanya Seungmi harus kuat menahan sesak yang semakin menjadi saat ia mengeluarkan air mata, ingin rasanya Seungmi berteriak sejadinya tapi apa daya? Seungmi hanya bisa meringkuk di sini dengan dada yang semakin sesak.
Seungmi memukuli dadanya kasar. “Egois. Kau sangat Egois!” Rutuk Seungmi dengan tanpa henti membuatnya semakin sesak disetiap detiknya. Seungmi sehat, ia sama sekali tidak mempunyai masalah pernapasan tapi malam ini sangat sulit bagi Seungmi untuk bisa bernapas seperti biasa. “Hah, hah. Aku yang egois. Maafkan aku” Isak Seungmi berusaha meredam teriakannya dengan bantal guling yang mulai basah karena air matanya.
.
.
“Sebenarnya banyak yang ingin aku tanyakan pada kalian tapi pertama kalian harus ke ruang BP terlebih dahulu” Tegas Inseong dan menarik kerah Zuho dan Dawon. Sekali lagi, jangan remehkan kekuatan seorang Kim Inseong.
.
.
“Saran dariku untuk kalian; sebentar lagi Ujian Akhir Semester 2. Bukankah sebaiknya kalian belajar? Jangan ganggu Seungmi lagi. Aku tahu kalian itu bodoh” Dengus Inseong meremehkan mengundang desisan dan geraman dari Zuho dan Dawon yang tidak terima dengan perkataan Inseong. Sang putera mahkota, bukankah itu panggilan dari Seungmi? Inseong mulai menyukai itu. Putera mahkota hanya berlalu tak mengacuhkan dua orang pecundang di belakangnya yang mulai mengumpat.
.
.
“Kau anak yang baik, ibumu pasti bangga” Binar Ny. Shim dengan senyuman khas yang biasa seorang ibu berikan pada anaknya membuat Inseong semakin terhanyut karenanya.
.
.
.
.
“Sebenarnya banyak yang ingin aku tanyakan pada kalian tapi pertama kalian harus ke ruang BP terlebih dahulu” Tegas Inseong dan menarik kerah Zuho dan Dawon. Sekali lagi, jangan remehkan kekuatan seorang Kim Inseong.
.
.
“Saran dariku untuk kalian; sebentar lagi Ujian Akhir Semester 2. Bukankah sebaiknya kalian belajar? Jangan ganggu Seungmi lagi. Aku tahu kalian itu bodoh” Dengus Inseong meremehkan mengundang desisan dan geraman dari Zuho dan Dawon yang tidak terima dengan perkataan Inseong. Sang putera mahkota, bukankah itu panggilan dari Seungmi? Inseong mulai menyukai itu. Putera mahkota hanya berlalu tak mengacuhkan dua orang pecundang di belakangnya yang mulai mengumpat.
.
.
“Kau anak yang baik, ibumu pasti bangga” Binar Ny. Shim dengan senyuman khas yang biasa seorang ibu berikan pada anaknya membuat Inseong semakin terhanyut karenanya.
.
.
“Seungmi tidak berangkat?” Tanya Inseong pada Hana karena biasanya ia selalu melihat Seungmi bersama Hana, tapi tidak untuk saat ini. Hana menggeleng pelan. “Sejak kemarin dia sama sekali belum menghubungiku.” Balas Hana dengan raut khawatir takut terjadi sesuatu pada Seungmi dan Inseong hanya mengangguk lemas mendengar jawaban Hana. Sampai istirahat keduapun kabar Seungmi belum terdengar sama sekali membuat Inseong semakin khawatir.
“Aku akan bertanya pada Dawon” Tegas Inseong.
Inseong menemukan Dawon dengan mudah. Terima kasih pada kerumunan orang yang berkumpul melihat perkelahian Dawon dan Zuho. Inseong menghampiri mereka berdua dan menengahi. Beruntung Inseong tak menjadi pelampiasan lainnya, jangan remehkan seorang Inseong yang pernah mendapatkan medali emas dalam kejuaraan Hapkido.
“Berengsek! Jangan menghalangi!” Ancam Zuho dan melayangkan tinju pada Inseong namun berhasil ditangkis. Dawon yang melihat cela langsung melayangkan tinju lainnya pada Zuho membuat pria berambut merah itu terpukul kebelakang menghasilkan darah merah yang mulai menetes di sudut bibirnya. “Kau yang berengsek! Apa yang kau lakukan pada Seungmi? Dasar Bajingan! Kau hanya bisa menyakitinya saja! Berandal!” Segala macam sumpah serapah berhasil meluncur dari mulut Dawon dan iapun berniat untuk kembali melayangkan tinjunya tapi Inseong menahannya.
“Kalian berkelahi?” Tanya Kim Ssaem menatap tak percaya kearah Inseong, sementara yang ditatap menghela napas sedikit kesal dan mengangkat telunjuk yang mengarah pada Zuho dan Dawon. “Mereka yang berkelahi. Aku hanya melerai.” Jelas Inseong malas dan melipat kedua tangannya di dada. Ia kesal.
Kim Saem mengangguk semangat. Dan mencoba meraih tangan Inseong, hal itu membuat Inseong sangat tidak nyaman. “Tentu. Mana mungkin seorang putera mahkota sepertimu mengotori tangan hanya karena berandal kelas teri” Kim Saem menatap tajam kearah Zuho dan Dawon, sebaliknya mereka berdua malah sibuk mendesis satu-sama lain sepertinya persoalan mereka belum selesai.
“Kalian berdua! Duduk dan diam!” Bentak Kim saem. Zuho dan Dawonpun langsung terduduk, tak mau terkena semprot yang berlebihan dari Kim saem; si guru killer. Kim saem tersenyum kearah Inseong “Terima kasih. Kau boleh pergi sekarang” Ucapnya dengan nada lembut sangat tak cocok dengan wajah berangas serta jenggot dan kumisnya itu. Inseong mengangguk pelan, tapi sebelum pergi ia menghampiri Dawon dan Zuho.
“Melihat kalian berkelahi seperti ini kurasa aku tak perlu bertanya kenapa Seungmi tidak masuk ‘kan?” Geram Inseong, ia tahu Seungmi pasti sedang sakit dan itu bukanlah sakit yang ringan. Zuho menatap tajam Inseong sementara Dawon menundukan kepalanya lemas, merasa gagal menjadi pelindung bagi Seungmi.
“Permisi”
“Iya? Ada apa pemuda tampan?” Balas Ny. Shim dengan senyum cerah saat ia mendapati seorang Kim Inseong yang berdiri di depan kedai kecil miliknya. Inseong terseyum tulus membalas senyuman Ny. Shim. “Bolehkah aku bertanya keadaan Seungmi? Aku teman sekelasnya” Tanya Inseong dengan nada sopan.
Cuaca hari ini cukup dingin, Inseong menyeruput sup hangat yang Ny. Seungmi berikan beberapa detik yang lalu dalam sebuah gelas instan.
“Ah, aku tidak tahu putriku mempunyai teman setampan dirimu nak.” Kagum Ny. Shim tak melepaskan pandangannya dari Inseong. “Keadaan Seungmi baik-baik saja. Tapi entah kenapa sejak kemarin sore dia mengunci diri di kamar. Aku khawatir dengan putriku yang satu itu” Gumam Ny. Shin dengan mata yang sedikit sayu. Ia terlalu sibuk untuk memperhatikan putri sulungnya, sampai-sampai putri sulungnya itu mengunci diri di kamarnya. “Aku orangtua yang buruk” Sesal Ny. Shim.
“Tidak. Anda bukan orangtua yang buruk. Anda bahkan bekerja sampai larut malam agar anak-anak Anda bisa sekolah dan makan enak. Akupun merasa kagum pada Anda” Ucap Inseong tegas, Ny. Shim di mata Inseong adalah sosok ibu yang hebat walau baru beberapa menit ia berbincang dengan Ibu kandungnya Seungmi itu. Dan tanpa Inseong sadari ia selalu mengumbar senyumnya saat bicara dengan Ny. Shim, mengingatkanya akan mendiang ibunya. Oh tidak, kenapa Inseong jadi melankolis? Inseong terisak dan sedikit menyeka titikan bulir bening yang menembus pertahanannya. “Cuacanya begitu dingin” Isak Inseong kembali mencoba menyembunyikan rasa harunya.
Seungmi memaksakan diri untuk keluar, padahal hari begitu dingin. Tapi harus, karena ia tak mau masalahnya dan Zuho berlarut-larut. Saat mendapat pesan singkat dari Zuho untuk bertemu di depan rumah Seungmi langsung bergegas memakai jaket dan syal serta penutup telinga. “Bergegaslah. Aku tak bisa berlama-lama” Tuntut Seungmi pada Zuho yang sedikit menggigil di samping motornya.
“Kau sendirian?” Tanya Zuho basa-basi justru mengundang tatapan tajam dari Seungmi. “Tentu. Ini masih terbilang pagi. Dongsoo dan Seungjoon sekolah. Eomma dan Appa..” Seungmi terdiam dan kembali melirik Zuho kesal. “..Kenapa aku harus menceritakannya padamu?” Dengus Seungmi kesal dan memilih untuk kembali ke dalam, musnah sudah harapannya agar bisa cepat berbaikan dengan Zuho.
“Tunggu” Cegah Zuho dan menarik tangan Seungmi pelan, ia tak mau menyakiti gadis satu ini lagi. “Apa?” Sergah Seungmi. Ia sudah tak kuat berada di luar, sejak kemarin malam ia belum makan dan malah mengunci diri di kamar ah tentu saja ia keluar saat ada panggilan alam baik itu urusan kecil maupun besar. Baiklah Seungmi yang salah. Gadis berambut hitam itu menghela napas dalam.
“Maafkan aku” Ucap Zuho lirih. “Aku tahu, selama ini aku terlalu kasar padamu. Jadi. Sungguh. Aku minta maaf. Tak bisakah kau tetap menjadi Seungmi yang aku kenal?” Tambah Zuho agak cepat, yang seperti ini tidak sesuai dengan sifat Zuho tapi seorang Baek Zuho mampu melakukan apapun agar Shim Seungmi tidak memusuhinya lagi-setidaknya menurut Zuho begitu-.
Seungmi terdiam beberapa detik, ia merasakan ketulusan. Sungguh belum pernah ia mendengar Zuho berbicara seperti ini bahkan nada bicaranyapun terdengar lembut. Seungmi tersenyum singkat. “Aku memaafkanmu. Tapi aku tidak bisa menjanjikan aku yang kau kenal. Karena pada dasarnya manusia itu berubah seiring berjalannya waktu.” Lirih Seungmi, tanpa sadar ia meneteskan bulir bening di sudut matanya. “Kita bisa menjadi teman. Jika kau tidak keberatan. Jangan berkelahi lagi dengan Dawon juga Inseong. Entah kenapa aku punya firasat kau melayangkan tinjumu padanya” Gumam Seungmi membuat Zuho sedikit terpaku, bagaimana bisa Seungmi tahu? Padahal tadi dia tidak sekolah dan tidak mungkin Dawon mengadu apalagi Inseong, pangeran sekolah satu itu bahkan tidak tahu alamat Seungmi ‘kan? Setidaknya itu yang diyakini seorang Baek Zuho.
“Terima kasih. Aku senang mendengarnya” Jawab Zuho dengan senyuman tipis. “Seperti halnya dirimu. Aku tak bisa menjanjikan untuk poin terakhir. Asal kau tahu, manusia tidak bisa berubah semudah itu” Tegas Zuho dan menghela napas dalam. “Baiklah. Aku sudah melakukan apa yang seharusnya aku lakukan beberapa bulan lalu saat berpisah denganmu. Sekali lagi, maaf. Juga terima kasih” Zuho berbalik tanpa melihat reaksi seungmi di belakangnya, ia tak mau melihat gadis yang pernah ia cintai dan sayangi mengalami sakit lebih dari ini. Gadis itu pantas mendapatkan yang lebih baik.
Seungmi terpaku melihat Zuho melesat dengan motornya. Ia tak pernah tahu jika Zuho bisa melankolis seperti itu bahkan selembut ini. Dulu ia hanyalah berandalan egois yang kasar, kenapa semuanya terlihat lebih indah saat Zuho bukan lagi miliknya? Seungmi menghela napas dalam dan lega. “Setidaknya kali ini kami berpisah baik-baik” Gumam Seungmi dan melangkah ke dalam rumah. “Terima kasih. Cinta pertamaku”
Haiii Hooo!!!
Teman-teman, sedikit pemberitahuan; Cerita ini telah diupload oleh saya di Wattpad pribadi (bisa cek di tautan tersedia), alasan mengunggah ulang di blog ini adalah untuk semacam dokumentasi (?) entahlah, intinya seperti itu.
Ke depannya saya akan mengupload di dua tempat (Wattpad dan Blogspot) silakan kunjungi Wattpad untuk menemukan lebih banyak cerita.
Terima Kasih.
Jangan lupa Like dan Komen!
Untuk Berinteraksi dengan saya, silakan kunjungi:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mau berinteraksi tapi malu? Coba aja dulu!