Cast :
OC's Shim Seungmi | SF9's (Kim Inseong, Baek Zuho, Lee Dawon) | Slight OC's & SF9's Member
Genre:
Romance | School Life | Hurt | Family
Author's Note:
Budayakan Like sebelum baca dan setelah baca tinggalkan jejak dengan Komentar; respon, saran, maupun kritik. Author cuman minjem nama Cast, untuk cerita murni dari imajinasi Author. Bila ada kesamaan cerita mungkin hanya kebetulan. Don't Copy Story!
Budayakan Like sebelum baca dan setelah baca tinggalkan jejak dengan Komentar; respon, saran, maupun kritik. Author cuman minjem nama Cast, untuk cerita murni dari imajinasi Author. Bila ada kesamaan cerita mungkin hanya kebetulan. Don't Copy Story!
Happy Reading!
"Apa yang kau lihat?" Dengus Youngbin tak suka dengan tatapan Inseong, bagaimana tidak? Sudah lebih dari 5 menit Inseong menatapnya dengan tatapan tajam dan tak suka.
Inseong menghela nafas dan mengalihkan pandangannya, ia sangat marah pada Youngbin saat ini. Youngbin menatap Inseong tak percaya, karena anak itu sekarang memunggunginya tanpa kata. Oh ayolah, seorang Youngbin tak mau dijauhi sepupunya hanya karena satu panggilan pada seorang gadis bernama seungmi itu.
"Kau marah?" Inseong menggeleng dan memilih untuk merebahkan diri di kasur lalu memejamkan matanya berusaha untuk tidur membuat Youngbin semakin merasa takenak hati.
"Oh! Hey! Jangan tidur dulu! Kau ini! Aku bertanya!"
Sunyi. Ah, mungkin Inseong sudah terlelap dan berlayar di alam mimpi sana."Aku mau ke toilet"
"Cih" Youngbin berdecih kesal, meskipun ia tahu Inseong pasti akan langsung menuju alam mimpi setelah ia memejamkan matanya dalam beberapa detik. Oke, Youngbin memutuskan untuk berbicara dengan Inseong besok pagi saja.
"Noona, kau kenapa?" Tanya Seungjoon pada Seungmi yang senyam senyum sendiri saat menyuapkan nasi.
"Oh?" Seungmi terperanjat dan merasa malu, tentu saja karena ia kepergok tersenyum aneh di pagi hari saat sarapan oleh adiknya sendiri. wajahSeungmi mungkin mulai memerah lagi.
"Noona punya pacar baru Hyung" Adu Dongsoo pada Seungjoon membuat kedua anak laki-laki itu berbisik-bisik membahas yang katanya pacar baru Seungmi itu.
"Namanya Kim Inseong"
"Apa dia tampan?"
"Sangat!"
"Benarkah?"
"Tentu, dia juga terkenal. Aku pernah melihatnya di TV"
"Sungguh? Wuah Daebak! Lalu bagaimana dengan Zuho Hyung?"
"Iya, ah. Zuho Hyung? Dia tidak baik. Kalau Inseong Hyung baik, tampan, pintar bahkan kaya! Aku melihat motor besar yang bagus dan keren!"
"WOAH! DAEBAK!" "Aku mendengarnya loh" Gumam Seungmi menatap malas kearah dua adiknya yang bertingkah seolah mereka sedang berbisik padahal nada bicara mereka lebih keras dibandingan dengannya saat ini.
"Ups" Seungjoon dan Dongsoo menutup mulut mereka dengan kedua tangan dan tertawa kikuk.
"Tidak akan ada uang jajan" Ancam Seungmi dengan gumaman ringan yang mengundang berbagai keluhan dari dua adiknya itu.
"EH! Noona!" Kompak Seungjoon dan Dongsoo.
"Noona, jangan begitu! Aku tidak akan pernah mengatakanya pada siapapun lagi! Sungguh!" Bela Dongsoo, karena sebenarnya ia hanya tak kuat menahan untuk bercerita pada Hyungnya.
"Kalau Noona tetap tidak memberikan uang jajan, mungkin kami akan memberitahukannya pada Eomma dan Appa" Ujar Seungjoon dengan nada yang sedikit mengancam. Oh, kenapa anak zaman sekarang berani melawan pada orang dewasa?
"Oh! Berani-beraninya kalian!" Dengus Seungmi namun tetap memberikan uang jajan pada Seungjoon dan Dongsoo.
"...Ingat, jangan sampai Eomma dan Appa tahu oke!" Lanjut Seungmi dan mengusap pelan kepala Seungjoon dan seungmi. Beruntung orang tua mereka sedang sibuk mencari nafkah, kalau tidak Seungmi akan mendapat ceramah yang berkelanjutan.
"Jadi dia bukan pacarmu?" Tanya Youngbin pada Inseong yang fokus pada sarapannya,
"Belum"
"Ah, jadi kau benar menyukainya?"
"Hm"
"Kau masih marah padaku?" Tanya Youngbin dan hanya dibalas dengan lirikan singkat oleh Inseong.
"Hm"
"Oh, Ayolah! Kenapa kau marah hanya karena hal sepele?" Rajuk Youngbin namun Inseong masih fokus dengan makanannya.
"Inseong-ah?" Tanya Youngbin
"Hey Kim Inseong!" Seru Youngbin membuat Inseong menatapnya dengan kesal.
"Kau pikir aku dirimu yang bisa makan dan berbicara dalam satu waktu? Biarkan aku mengisi perut dulu oke!" Sahut Inseong dengan nada kesal.
"Oh, Oke" Gumam Youngbin dan ikut fokus dengan sarapanya.
Laki-laki yang kini berambut merah itu kembali melihat layar Hpnya dan sebuah gerbang rumah dengan bergantian.
"Padahal ini sudah jam 7" Gumam Zuho si rambut merah itu. Dia mengeluh sepanjang detik karena orang yang ia tunggu tak kunjung keluar sampai akhirnya ia tersenyum rekah saat gerbang itu berdecit tanda ada yang membukanya.
"Seungmi... ya?" Senyum Zuho luluh, tentu karena yang iadapati sekarang bukanlah sosok indah seorang Shim Seungmi melainkan sosok paman asing yang sedikit gemuk.
"Maaf anda siapa?" Tanya Zuho pada paman asing itu yang malah dibalas dengan seruan kesal.
"Kenapa kau bertanya padaku!? Kau sendiri siapa? Menghalangi jalan di depan rumah orang" dengus paman itu dengan nada tinggi dan kurang bersahabat.
"Oh, maaf. Saya kira disini tempat tinggal keluarga Shim" Ujar Zuho dengan nada sesopan mungkin.
"Keluarga Shim? Mereka sudah lama pindah! Sana pergi" Usir paman itu dan mendorong paksa Zuho untuk pergi, sementara Zuho yang tidak terima diperlakukan seperti itu langsung menepis tangan paman itu kasar.
"Cih! Tak perlu mengusirku! Aku akan pergi sendiri" Balas Zuho dengan nada marah dan berlenggang pergi menaiki motornya tanpa peduli cacian yang diluncurkan paman asing itu.
"Dasar berandal! Tidak tahu sopan santun"
"Kau sudah sarapan?" Tanya Dawon pada Seungmi yang kini berjalan beriringan dengannya di lorong kelas.
"Tentu, memang kenapa?"
"Tidak. Aku hanya bertanya. Oh ya! Daripada aku yang menguliknya kenapa tidak kau ceritakan saja padaku?" Tanya Dawon tiba-tiba dan menghentikan langkahnya di depan Seungmi.
"Maksudmu?" Tanya Seungmi karena sedikit bingung dengan ucapan Dawon.
"Jangan pura-pura Seungmi-ya. Aku tahu, kau menyembunyikan sesuatu dariku kan?" Tuduh Dawon dengan tatapan serius pada Seungmi.
Seungmi berkedip. Oh! Apa yang harus ia lakukan sekarang, apa Dawon sudah mengetahuinya? Tapi bagaimana bisa?. Seungmi kembali berkedip. Ia menelan kering dan mencoba mengalihkan pembicaraan mereka.
"Kita harus cepat, nanti keburu masuk" Dalih Seungmi dan mencoba untuk melangkah menjauh dari Dawon namun tak berhasil karena Dawon menarik tangan Seungmi.
"Jawab dulu, ini baru jam 7" Elak Dawon.
"Tapi-"
"Seungmi-ya!" Seruan Zuho membuat Dawon dan Seungmi menoleh kearah Zuho yang baru datang dan langsung menarik tangan Seungmi yang dipegang Dawon dan kini jarak antara Seungmi dan Zuho sangat dekat.
"Yak! Baek Zuho!" Seru Dawon tak terima Seungminya ditarik sembarangan oleh si merah itu.
"Sekarang dimana kau tinggal?" Tanya Zuho serius membuat Seungmi harus kembali menelan kering dan merasa gugup.
"Tunggu. Maksudmu apa?" Tanya Dawon sedikit menarik kerah Zuho yang langsung ditepis oleh laki-laki merah itu.
"Kau diam! Dan Kau jawab akau!" bentak Zuho pada Dawon dan Seungmi berurutan membuat Dawon menggeretak giginya kesal dan Seungmi menghela napas dalam.
"Jawab aku Seungmi-ya" Tegas Zuho pada Seungmi yang masih terdiam dan berkedip kebingungan sampai...
... bel tanda masuk berbunyi menjadi penyelamat hidup Seungmi.
"Sudah bel! Kita harus masuk. Dah!" Seungmi melepas cengkraman Zuho dan menatap sekilas kearah Dawon lalu berlalu dengan lari-lari kecil menuju kelasnya.
Seungmi bergegas duduk ditempatnya dengan nafas yang terengah akibat jalan cepat yang ia lakukan.
"Kabur saat melihat hantu?" Tanya Hana dari pinggir membuat Seungmi sedikit terkejut .
"Oh, ya tuhan" Seru Seungmi dan mengelus dadanya pelan, pagi ini dia sudah terlalu banyak sport jantung.
"Ah, Kau sungguh melihat hantu?" Tanya Hana dengan mata membulat saat melihat Seungmi yang masih terlihat mengatur nafas.
"Bukan! Lebih dari itu"Jawab Seungmi dengan wajah ketakutan.
"Hah?"
"Baek Zuho" Mendengar nama Zuho keluar dari mulut Seungmi, Hana menghela napas lega.
"Kukira apa, hanya Zuho?" Ujar Hana sedikit mremehkan.
"Kau tidak akan mengerti. Jadi diam sajalah" Dengus Seungmi agak kesal dengan reaksi Hana yang menanggap hal yang baru saja Seungmi alami adalah sepele.
"Mau ke kantin?" Tanya Hana pada Seungmi yang masih bertingkah seolah dia adalah seorang buronan dan sibuk menggigiti kuku jari tangannya.
"Bisakah kau membelikan roti dan susu kotak untukku? Aku tak mau keluar kelas" Gumam Seungmi yang masih sibuk dengan berbagai pikiran yang menerpanya.
"Kenapa? Menghindari Zuho?"
"Ya, jadi tolong!" Jawab cepat Seungmi.
"Oh, oke-oke" respon Hana dan sedikit terkejut dengan jawaban seungmi yang secepat kilat itu.
"Gomawo" Jawab Seungmi.
"Tentu"
Setelah Hana berlalu, Inseong menghampiri Seungmi yang masih saja terlihat murung.
"Apa ada masalah?"
"Ya, banyak" Seungmi merespon dengan cepat tanpa sempat melirik sipenanya, sampai Seungmi menoleh dan melihat Inseong kini berdiri dihadapanya membuat ia sedikit tersipu dan menundukan kepalanya.
Inseong selalu saja disuguhi pemandangan menggemaskan ini saat bertatap muka dengan Seungmi, wajah yang kemerahan bola mata yang tak berani menatap lurus kearahnya dan tingkah kaku yang otomatis ter-play saat seorang Seungmi berbicara dengan Kim Inseong, ya dan Inseong menyukai itu. Ah lebih tepatnya ia menyukai Seungmi.
"Ah, untuk telepon tadi malam" Gumam Inseong ragu, sebenarnya ia berniat membiarkan hal sepele itu berlalu tapi ia tetap merasa tak tenang saaat mengingat kembali nada bicara Seungmi menutup telepon itu; 'Maaf, mungkin anda salah sambung' mendengar itu tentu Inseong tak bisa berdiam.
"Tidak apa, aku juga sering mengalaminya. Mempunyai seorang adik memang menyusahkan"Balas Seungmi dengan nada maklum namun hal itu membuat Inseong tertawa geli.
"Adik? Kkkk, ya memang. Tapi dia adik sepupuku. Aku anak tunggal" Respon Inseong menahan tawanya, ya sembari membayangkan Youngbin yang baru berumur 8 tahun. Itu cukup lucu bagi seorang Inseong.
"Ah, tentu. Kau kan Putera Mahkota satu-satunya, pewaris tunggal" Gumam Seungmi tanpa sadar dan reflek menatap Inseong dengan mata membulat, sungguh ia tidak sengaja berbicara seperti itu.
"Ya, tentu, aku ini pangeran. Oh. Putera Mahkota. Wah, ternyata aku di matamu sangat hebat ya" Gumam Inseong sedikit bercanda dengan senyum khasnya membuat Seungmi kembali menundukan kepalanya dan bergegas berdiri. Belum sempat Inseong bertanya Seungmi berlarian kecil dan sedikit berseru.
~ Bersambung ~
Haiii Hooo!!!
Teman-teman, sedikit pemberitahuan; Cerita ini telah diupload oleh saya di Wattpad pribadi (bisa cek di tautan tersedia), alasan mengunggah ulang di blog ini adalah untuk semacam dokumentasi (?) entahlah, intinya seperti itu.
Ke depannya saya akan mengupload di dua tempat (Wattpad dan Blogspot) silakan kunjungi Wattpad untuk menemukan lebih banyak cerita.
Terima Kasih.
Jangan lupa Like dan Komen!
Untuk Berinteraksi dengan saya, silakan kunjungi: